Sebuah percakapan terjadi ketika seorang
majikan dengan sopirnya melewati jalanan berkabut dan tepian jurang
“Hati-hati
pak, jangan lupa berdoa.” Kata majikan.
“Iya.”
Jawab sopir pendek, tanpa mengalihkan pandangannya lurus ke depan.
“Kita
cuma bisa melihat 7 meteran ke depan, jadi tidak usah kencang-kencang
mengemudikannya.” Si
majikan mencoba mengajak bicara agar suasana tidak tegang.
“Saya
pernah mengemudikan mobil dalam kabut lebih pekat dari ini bu.”
Katanya mencoba menenangkan diri.
“Lho
bagaimana kamu tahu batas jalan dan tepian jurang?”
majikan bertanya.
“Terus
terang saya tidak tahu mana batasnya bu, saya hanya melihat marka jalan aspal
di sisi kanan, dan mencoba sedekat mungkin dengan marka dan berjalan menuruti
marka itu.” Jelas si sopir
“Terus
bagaimana kalau pandangan hanya 7 meter ke depan seperti itu?” Tanya
majikan kembali.
“Tujuh
meter di depan kita, kalau kita jalani kan selalu ada tujuh meter didepannya.”
Jawab si sopir dengan entengnya.
Dan akhirnya mereka sampai di rumah dengan selamat.
Sebenarnya
hidup manusiapun akan selamat dijalani
apabila orang punya keyakinan bahwa apa yang kelihatan tidak jelas di ujung
sana akan dapat terlampaui kalau kita mau menjalaninya sebatas apa yang jelas
di depan kita, dan tetap patuh pada marka yang membatasi jalan tersebut.
Kita
jalani dengan sabar apa yang tampak, meski setapak, dan kita abaikan sisi kiri
yang tidak jelas batas jalan atau tepian jurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar